Otak merupakan organ penting dalam hidup kita. Segala aktivitas kita sehari-hari diatur oleh otak. Otak kita terdapat dalam tulang tengkorak dan terbungkus oleh tiga lapis selaput otak. Otak terbagi dalam tiga bagian besar yaitu otak besar, otak kecil dan batang otak. Masing - masing bagian tersebut dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Setiap bagian mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Selain itu ada juga cairan otak yg berfungsi untuk meredam trauma mekanik yg terjadi pada kepala.
Tumor adalah suatu pertumbuhan jaringan yang berlebihan dan tidak normal pada tubuh kita. Tumor ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor jinak otak pun sering kali sangat mengganggu karena menekan fungsi-fungsi otak yang penting untuk kehidupan kita.
Gejala yang muncul pada tumor otak biasanya merupakan manifestasi penekanan fungsi sesuai lokasi tempat terdapatnya tumor tersebut, namun berikut kami berikan gambaran secara umum mengenai gejala-gejala tumor otak yang sering dijumpai.
Gejala Serebral Umum
Berupa perubahan mental ringan, hal ini biasanya dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi yang labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, dapat jg ditemukan ansietas dan depresi. Gejala ini bersifat progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus.
Nyeri Kepala
Diperkirakan 1/3 gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut ditemukan 2/3 kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan perubahan mental ringan perlu dicurigai tumor otak.
Muntah
Terdapat pada 1/3 kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tak disertai dengan mual.
Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 1/4 kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
- Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
- Mengalami post iktal paralisis
- Mengalami status epilepsi
- Resisten terhadap obat-obat epilepsi
- Bangkitan disertai dengan gejala tekanan tinggi intrakranial (tekanan dalam rongga kepala) lain.
Gejala Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK)
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah depan dan belakang kepala yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Keadaan ini perlu tindakan segera
Beberapa faktor yang mempengaruhi Prognosa (harapan hidup) penderita tumor otak antara lain: kemampuan mendeteksi secara dini; kemampuan untuk mengetahui dengan tepat lokasi tumor di otak; keunggulan teknologi diagnostik dan terapi seperti CT-Scan dan MRI (Magnetic Resonance Image), mikroskop serta operasi.
Selasa, 17 Mei 2011
Selasa, 22 Februari 2011
Bell's palsy
Definisi
Bell’s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena.
Penderita yang terkena biasanya berusia 10-30 tahun, selain kelompok umur tersebut dapat saja terkena namun jarang ditemui
Tanda dan Gejala
Tanda yang sering nampak adalah wajah perot / mencong / asimetris kanan dan kiri, diikuti sudut mata yg turun, sudut mulut turun. Penderita juga tidak dapat mengedip ataupun menutup mata pada sisi yang terkena, adanya perbedaan kiri dan kanan saat tersenyum, mencucu, merengut, melebarkan rongga hidung dan mengkerutkan dahi, terasa baal/kebas pada wajah, sulit berbicara dan air menetes saat minum atau saat berkumur. Selain itu penderita mengalami gangguan dalam produksi air mata, ludah dan kehilangan rasa pada dua pertiga bagian depan lidah.
Pada gambar tampak sisi sebelah kanan penderita (sisi yang mengalami kelumpuhan) kehilangan garis kerutan dahi dan sekitar mata, serta tidak bisa mengangkat bibir dan hidung sebelah kanan saat tersenyum
Penyebab:
Sampai saat ini dapat disimpulkan penyebab Bell’s palsy adalah proses inflamasi (pembengkakan) syaraf VII (nervus fasialis). Penyebab inflamasi dari Bell’s palsy itu sendiri dapat bermacam-macam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa angin dapat masuk ke dalam tengkorak atau foramen stilo mastoideum. Angin dingin ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf tersebut terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar informasi atau rangsangnya terganggu. Sebagai akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.
Selain itu virus, terutama virus Herpes zoster diduga sebagai penyebab pembengkakan syaraf VII. Virus ini bisa kita dapat saat kita mengalami cacar air dan setelah sembuh dari cacar air tersebut ada virus yang masih tertinggal namun dalam keadaan tertidur, dan dapat teraktivasi kembali oleh beberapa faktor misalnya trauma, faktor lingkungan seperti dingin dan stress. Saat teraktivasi menyebabkan syaraf meradang dan terjadi Bell’s palsy.
Penanganan:
Apabila menemukan gejala2 di atas sebaiknya penderita segera dibawa ke dokter syaraf atau dokter terdekat. Biasanya pasien akan mengikuti program fisioterapi selama sebulan ditambah beberapa macam obat dan vitamin.
Beberapa kemungkinan obat yang diberikan dokter adalah:
1. Corticosteroid
Corticosteroid seperti prednisone biasa digunakan untuk antiinflamasi
2. Antivirus
Antivirus seperti acyclovir diberikan apabila ada dugaan penyebabnya virus
Biasa diberikan pula tetes mata yg berisi air mata buatan apabila mata terlalu kering, pelumas mata diberikan saat tidur untuk mencegah kekeringan mata akibat kelopak mata yg sukar menutup, juga diberikan kaca mata untuk menghindari masuknya kotoran ke mata karena berkurangnya reflex berkedip mata.
Fisoterapi biasanya dilakukan latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.
Gerakan yang dapat dilakukan berupa:
• Tersenyum
• Mencucukan mulut kemudian bersiul
• Mengatupkan bibir
• Mengkerutkan hidung
• Mengkerutkan dahi
• Dan gunakan telunjuk serta ibu jari untuk manarik sudut mulut secara manual
• Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari
• Menutup mata
Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan sarafnya. Pada minggu kedua perbaikan sudah mulai dirasakan dan dalam 3-6 bulan wajah dapat kembali normal. Namun jika penyakit ini dibiarkan, maka akan semakin parah terutama pada bagian mata karena akan terjadi iritasi pada mata dan otomatis penglihatan pun terganggu.
Apabila ternyata syaraf VII ini tidak dapat sembuh,, maka pilihan yg dapat diambil adalah melakukan operasi. Operasi yang dilakukan adalah smile reconstruction (rekonstruksi senyum) untuk mengembalikan senyum pada penderita dengan kelumpuhan nervus VII tersebut.
Penyakit ini tidak akan memicu penyakit lainnya. Namun, jika penderita kelumpuhan wajah mengalami kelumpuhan di daerah lain seperti tangan atau kaki, maka itu disebut stroke.
Bell’s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena.
Penderita yang terkena biasanya berusia 10-30 tahun, selain kelompok umur tersebut dapat saja terkena namun jarang ditemui
Tanda dan Gejala
Tanda yang sering nampak adalah wajah perot / mencong / asimetris kanan dan kiri, diikuti sudut mata yg turun, sudut mulut turun. Penderita juga tidak dapat mengedip ataupun menutup mata pada sisi yang terkena, adanya perbedaan kiri dan kanan saat tersenyum, mencucu, merengut, melebarkan rongga hidung dan mengkerutkan dahi, terasa baal/kebas pada wajah, sulit berbicara dan air menetes saat minum atau saat berkumur. Selain itu penderita mengalami gangguan dalam produksi air mata, ludah dan kehilangan rasa pada dua pertiga bagian depan lidah.
Pada gambar tampak sisi sebelah kanan penderita (sisi yang mengalami kelumpuhan) kehilangan garis kerutan dahi dan sekitar mata, serta tidak bisa mengangkat bibir dan hidung sebelah kanan saat tersenyum
Penyebab:
Sampai saat ini dapat disimpulkan penyebab Bell’s palsy adalah proses inflamasi (pembengkakan) syaraf VII (nervus fasialis). Penyebab inflamasi dari Bell’s palsy itu sendiri dapat bermacam-macam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa angin dapat masuk ke dalam tengkorak atau foramen stilo mastoideum. Angin dingin ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf tersebut terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar informasi atau rangsangnya terganggu. Sebagai akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.
Selain itu virus, terutama virus Herpes zoster diduga sebagai penyebab pembengkakan syaraf VII. Virus ini bisa kita dapat saat kita mengalami cacar air dan setelah sembuh dari cacar air tersebut ada virus yang masih tertinggal namun dalam keadaan tertidur, dan dapat teraktivasi kembali oleh beberapa faktor misalnya trauma, faktor lingkungan seperti dingin dan stress. Saat teraktivasi menyebabkan syaraf meradang dan terjadi Bell’s palsy.
Penanganan:
Apabila menemukan gejala2 di atas sebaiknya penderita segera dibawa ke dokter syaraf atau dokter terdekat. Biasanya pasien akan mengikuti program fisioterapi selama sebulan ditambah beberapa macam obat dan vitamin.
Beberapa kemungkinan obat yang diberikan dokter adalah:
1. Corticosteroid
Corticosteroid seperti prednisone biasa digunakan untuk antiinflamasi
2. Antivirus
Antivirus seperti acyclovir diberikan apabila ada dugaan penyebabnya virus
Biasa diberikan pula tetes mata yg berisi air mata buatan apabila mata terlalu kering, pelumas mata diberikan saat tidur untuk mencegah kekeringan mata akibat kelopak mata yg sukar menutup, juga diberikan kaca mata untuk menghindari masuknya kotoran ke mata karena berkurangnya reflex berkedip mata.
Fisoterapi biasanya dilakukan latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.
Gerakan yang dapat dilakukan berupa:
• Tersenyum
• Mencucukan mulut kemudian bersiul
• Mengatupkan bibir
• Mengkerutkan hidung
• Mengkerutkan dahi
• Dan gunakan telunjuk serta ibu jari untuk manarik sudut mulut secara manual
• Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari
• Menutup mata
Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan sarafnya. Pada minggu kedua perbaikan sudah mulai dirasakan dan dalam 3-6 bulan wajah dapat kembali normal. Namun jika penyakit ini dibiarkan, maka akan semakin parah terutama pada bagian mata karena akan terjadi iritasi pada mata dan otomatis penglihatan pun terganggu.
Apabila ternyata syaraf VII ini tidak dapat sembuh,, maka pilihan yg dapat diambil adalah melakukan operasi. Operasi yang dilakukan adalah smile reconstruction (rekonstruksi senyum) untuk mengembalikan senyum pada penderita dengan kelumpuhan nervus VII tersebut.
Penyakit ini tidak akan memicu penyakit lainnya. Namun, jika penderita kelumpuhan wajah mengalami kelumpuhan di daerah lain seperti tangan atau kaki, maka itu disebut stroke.
Selasa, 15 Februari 2011
Vertigo
Apa itu Vertigo?
Vertigo adalah sebuah perasaan di mana sekitar kita terasa seperti bergerak dan berputar. Vertigo dibagi menjadi dua secara garis besar. Apabila kita merasakan diri kita yang bergerak maka disebut vertigo subyektif, sebaliknya bila kita merasa lingkungan kita yang bergerak akan disebut vertigo obyektif.]
Apakah yang Menyebabkan Vertigo?
Vertigo dapat disebabkan oleh beberapa masalah di otak maupun di telinga dalam. Secara garis besar, ada dua, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Pembagian ini dimaksudkan untuk memberikan penatalaksanaan atau terapi yang tepat.
Vertigo vestibuler perifer dapat mempunyai permasalahan yang berletak di labirin atau di ganglion vestibular atau di nervus vestibularis. Penyakit-penyakit di labirin contohnya adalah BPPV, penyakit Meniere, fistula perilimfe, obat-obatan ototoksik (seperti streptomisin, kinin, barbiturate, alcohol, aspirin, kafein, antikonvulsan, antihipertensi, tranquilizer, psikotropik serta obat hipoglikemik oral) dan labirintis. Contoh penyakit di nervus vestibularis adalah neuritis vestibularis dan neuroma akustikus.
Vertigo vestibuler sentral, dapat disebabkan oleh kelainan yang terletak di otak, batang otak maupun serebelum. Contoh penyakit adalah infark batang otak, perdarahan serebelum, neoplasma, multiple sclerosis, meningitis tuberkulosa, meningitis luetika, epilepsy vestibular, migren verterobasiler, trauma batang otak dan trauma servikal
Apa Gejalanya?
Vertigo biasanya diikuti dengan nistagmus. Nistagmus adalah pergerakan bola mata yg tdk dpt dikendalikan.
Vertigo sentral umumnya mulainya pelan, kontinyu, tidak dipengaruhi sikap, berlangsung lama, tidak disertai tinnitus (telinga berdenging) dan kurang pendengaran. Nistagmusnya horizontal atau vertikal, disertai tanda-tanda kelainan system saraf pusat lainnya.
Vertigo perifer umumnya mulai mendadak, kambuhan, menghebat dengan perubahan sikap, berlangsung singkat (beberapa menit sampai beberapa jam) disertai tinnitus dan kurang pendengaran. Nistagmus horizontal dan tidak ditemukan tanda-tanda keterlibatan system saraf pusat,
Beda nistagmus pada vertigo vestibuler sentral dan perifer
Sentral Perfier
Lama Dapat berlangsung lama Tidak pernah menetap lebih dari beberapa minggu
Mata Antar kedua mata bisa saling beda Selalu mengenai kedua mata bersama-sama
Arah Dengan perubahan arah pandang, arah bisa berubah
Dapat ke segala arah Tidak berubah arah walau ada perubahan arah pandang
Tidak pernah vertikal
Berdasasrkan gejala yang menonjol, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok penyakit:
1. Vertigo yang paroksismal
Yaitu vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa menit atau hari kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika nanti serangan tersebut muncul lagi. Di antara serangan-serangan itu penderita sama sekali bebas dari keluhan vertigo.
2. Vertigo yang kronis
Yaitu vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut
3. Vertigo yang serangannya mendadak, akut, dan berangsung-angsur mengurang
Yaitu vertigo yang mendadak dan berangsur mengurang namun penderita tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan
Diagnosis
Sistematika pemeriksaan vertigo mempunyai pola yang sama dengan pemeriksaan terhadap penyakit, yaitu sebagai berikut:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologi
d. Pemeriksaan otology
e. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan Khusus
a. ENG
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
4. Pemeriksaan Tambahan
a. Laboratorium
b. Radioimaging
c. EEG, EMG, EKG
Terapi
Terapi vertigo terdiri dari:
1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitative
1. Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, walaupun demikian bilamana penyebab dapat ditemukan maka terapi kausal merupakan pilihan utama.
2. Terapi simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan pada dua gejala utama, yaitu rasa vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual,muntah). Gejala tersebut timbul paling berat pada vertigo vestibular fase akut dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari berkat adanya mekanisme kompensasi sentral. Namun karena pada fase ini pasien biasanya merasa cemas dan menderita maka perlu diberikan obat simtomatik.
Oleh karena obat-obat supresan vestibular dapat menghalangi mekanisme kompensasi sentral, maka pemberiannya secukupnya saja untuk mengurangi gejala, tujuannya agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk melakukan latihan rehabilitasi
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat gololonga tranquilizer untuk menghilangkan rasa cemas, antiemetic di samping antivertigo lain
3. Terapi rehabilitative
Tujuan terapi reabilitatif adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular
Mekanisme kerja terapi ini adalah melalui
a. Subsitiusi sentral oleh system visual dan somatosensori untuk fungsi vestibular yang terganggu
b. Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibular oleh serebelum, system visual dan somatosensori
c. Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan berulang-ulang.
Untuk terapi rehabilitative ini kepada penderita vertigo diberikan latihan yang disebut latihan vestibular
A. Metoda Brandt-Daroff
Latihan vestibular untuk pengobatan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Caranya
Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kaki tergantung. Lalu tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh ke sisi lain dengan cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul vertigo lagi
Untuk penderita gangguan vestibular lain selain BPPV, setelah fase akut, dimana rasa mual dan muntah sudah menghilang diberikan latihan vestibular lain, diantaranya:
B. Latihan Visual-Vestibular
1. Pasien yang masih harus berbaring
a. Melirik ke atas, bawah, samping kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula gerakan lambat makin lama makin cepat.
b. Gerakkan kepala fleksi dan ekstensi makin lama makin cepat. Lalu diulang dengan mata tertutup. Setelah itu gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan urutan yang sama,
2. Untuk pasien yang sudah bisa duduk
a. Gerakkan kepala dengna cepat ke atas dan bawah seperti sedang mengangguk sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik atau lebih lama sampai vertigo menghilang. Ulang latihan tersebut sebanyak 3 kali
b. Gerakkan kepala menatap ke kiri/kanan atas selama 30 detik, kembali ke posisi biasa selama 30 detik, lalu menatap ke atas sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi latihan sebanyak 3 kali
c. Sambil duduk membungkuk dan mengambil benda yang diletakkan di lantai
3. Untuk pasien yang sudah bisa berdiri/berjalan
a. Sambil berdiri gerakkan mata, kepala seperti pada latihan 1a, 1b, 2a, 2b
b. Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan menutup
C. Latihan Berjalan (Gait Exercise)
1. Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan tertutup bergantian
2. Berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup bergantian. Lalu jalan tandem dengan kepala menghadap ke atas
3. Jalan turun naik pada lantai miring atau undakan dengan mata dan tertutup bergantian.
4. Jalan mengelilingi seseorang sambil saling melempar bola dengannya
5. Psysical conditioning dengan melakukan olah raga bowling, basket, jogging, rowling
Vertigo adalah sebuah perasaan di mana sekitar kita terasa seperti bergerak dan berputar. Vertigo dibagi menjadi dua secara garis besar. Apabila kita merasakan diri kita yang bergerak maka disebut vertigo subyektif, sebaliknya bila kita merasa lingkungan kita yang bergerak akan disebut vertigo obyektif.]
Apakah yang Menyebabkan Vertigo?
Vertigo dapat disebabkan oleh beberapa masalah di otak maupun di telinga dalam. Secara garis besar, ada dua, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Pembagian ini dimaksudkan untuk memberikan penatalaksanaan atau terapi yang tepat.
Vertigo vestibuler perifer dapat mempunyai permasalahan yang berletak di labirin atau di ganglion vestibular atau di nervus vestibularis. Penyakit-penyakit di labirin contohnya adalah BPPV, penyakit Meniere, fistula perilimfe, obat-obatan ototoksik (seperti streptomisin, kinin, barbiturate, alcohol, aspirin, kafein, antikonvulsan, antihipertensi, tranquilizer, psikotropik serta obat hipoglikemik oral) dan labirintis. Contoh penyakit di nervus vestibularis adalah neuritis vestibularis dan neuroma akustikus.
Vertigo vestibuler sentral, dapat disebabkan oleh kelainan yang terletak di otak, batang otak maupun serebelum. Contoh penyakit adalah infark batang otak, perdarahan serebelum, neoplasma, multiple sclerosis, meningitis tuberkulosa, meningitis luetika, epilepsy vestibular, migren verterobasiler, trauma batang otak dan trauma servikal
Apa Gejalanya?
Vertigo biasanya diikuti dengan nistagmus. Nistagmus adalah pergerakan bola mata yg tdk dpt dikendalikan.
Vertigo sentral umumnya mulainya pelan, kontinyu, tidak dipengaruhi sikap, berlangsung lama, tidak disertai tinnitus (telinga berdenging) dan kurang pendengaran. Nistagmusnya horizontal atau vertikal, disertai tanda-tanda kelainan system saraf pusat lainnya.
Vertigo perifer umumnya mulai mendadak, kambuhan, menghebat dengan perubahan sikap, berlangsung singkat (beberapa menit sampai beberapa jam) disertai tinnitus dan kurang pendengaran. Nistagmus horizontal dan tidak ditemukan tanda-tanda keterlibatan system saraf pusat,
Beda nistagmus pada vertigo vestibuler sentral dan perifer
Sentral Perfier
Lama Dapat berlangsung lama Tidak pernah menetap lebih dari beberapa minggu
Mata Antar kedua mata bisa saling beda Selalu mengenai kedua mata bersama-sama
Arah Dengan perubahan arah pandang, arah bisa berubah
Dapat ke segala arah Tidak berubah arah walau ada perubahan arah pandang
Tidak pernah vertikal
Berdasasrkan gejala yang menonjol, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok penyakit:
1. Vertigo yang paroksismal
Yaitu vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa menit atau hari kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika nanti serangan tersebut muncul lagi. Di antara serangan-serangan itu penderita sama sekali bebas dari keluhan vertigo.
2. Vertigo yang kronis
Yaitu vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut
3. Vertigo yang serangannya mendadak, akut, dan berangsung-angsur mengurang
Yaitu vertigo yang mendadak dan berangsur mengurang namun penderita tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan
Diagnosis
Sistematika pemeriksaan vertigo mempunyai pola yang sama dengan pemeriksaan terhadap penyakit, yaitu sebagai berikut:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologi
d. Pemeriksaan otology
e. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan Khusus
a. ENG
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
4. Pemeriksaan Tambahan
a. Laboratorium
b. Radioimaging
c. EEG, EMG, EKG
Terapi
Terapi vertigo terdiri dari:
1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitative
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya, walaupun demikian bilamana penyebab dapat ditemukan maka terapi kausal merupakan pilihan utama.
Terapi simtomatik ditujukan pada dua gejala utama, yaitu rasa vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual,muntah). Gejala tersebut timbul paling berat pada vertigo vestibular fase akut dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari berkat adanya mekanisme kompensasi sentral. Namun karena pada fase ini pasien biasanya merasa cemas dan menderita maka perlu diberikan obat simtomatik.
Oleh karena obat-obat supresan vestibular dapat menghalangi mekanisme kompensasi sentral, maka pemberiannya secukupnya saja untuk mengurangi gejala, tujuannya agar pasien dapat segera dimobilisasi untuk melakukan latihan rehabilitasi
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, beratnya vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat gololonga tranquilizer untuk menghilangkan rasa cemas, antiemetic di samping antivertigo lain
Tujuan terapi reabilitatif adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular
Mekanisme kerja terapi ini adalah melalui
a. Subsitiusi sentral oleh system visual dan somatosensori untuk fungsi vestibular yang terganggu
b. Mengaktifkan kendali pada tonus inti vestibular oleh serebelum, system visual dan somatosensori
c. Menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan berulang-ulang.
Untuk terapi rehabilitative ini kepada penderita vertigo diberikan latihan yang disebut latihan vestibular
A. Metoda Brandt-Daroff
Latihan vestibular untuk pengobatan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Caranya
Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kaki tergantung. Lalu tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat pada salah satu sisi tubuh selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan tubuh ke sisi lain dengan cara yang sama, tunggu selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali.
Lakukan latihan ini 5 kali pada pagi hari, dan 5 kali pada malam hari sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul vertigo lagi
Untuk penderita gangguan vestibular lain selain BPPV, setelah fase akut, dimana rasa mual dan muntah sudah menghilang diberikan latihan vestibular lain, diantaranya:
B. Latihan Visual-Vestibular
1. Pasien yang masih harus berbaring
a. Melirik ke atas, bawah, samping kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula gerakan lambat makin lama makin cepat.
b. Gerakkan kepala fleksi dan ekstensi makin lama makin cepat. Lalu diulang dengan mata tertutup. Setelah itu gerakkan kepala ke kiri dan ke kanan dengan urutan yang sama,
2. Untuk pasien yang sudah bisa duduk
a. Gerakkan kepala dengna cepat ke atas dan bawah seperti sedang mengangguk sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik atau lebih lama sampai vertigo menghilang. Ulang latihan tersebut sebanyak 3 kali
b. Gerakkan kepala menatap ke kiri/kanan atas selama 30 detik, kembali ke posisi biasa selama 30 detik, lalu menatap ke atas sisi lain selama 30 detik dan seterusnya. Ulangi latihan sebanyak 3 kali
c. Sambil duduk membungkuk dan mengambil benda yang diletakkan di lantai
3. Untuk pasien yang sudah bisa berdiri/berjalan
a. Sambil berdiri gerakkan mata, kepala seperti pada latihan 1a, 1b, 2a, 2b
b. Duduk di kursi lalu berdiri dengan mata terbuka dan menutup
C. Latihan Berjalan (Gait Exercise)
1. Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan tertutup bergantian
2. Berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup bergantian. Lalu jalan tandem dengan kepala menghadap ke atas
3. Jalan turun naik pada lantai miring atau undakan dengan mata dan tertutup bergantian.
4. Jalan mengelilingi seseorang sambil saling melempar bola dengannya
5. Psysical conditioning dengan melakukan olah raga bowling, basket, jogging, rowling
Langganan:
Postingan (Atom)